NAMA : ZUMA
SARI
NIM : 2173342041
Negara
Indonesia terkenal dengan beragam suku daerah yang didalamnya terdapat segudang
adat istiadat, dan seni budaya yang berbeda. Salah satu kekayaan bangsa yang
akan kita bahas kali ini adalah kekayaan negeri kita dibidang alat musik yang
bersal dari Indonesia bagian timur yaitu tifa. Alat musik tifa ini cukup unik,
menarik dan merupakan ciri khas dari bagian negara kita yang pastinya tidak
akan kita temui di negara manapun.
ads
Pengertian Alat Musik Tifa
Tifa
adalah salah satu kekayaan alat musik tradisional yang berasal dari Indonesia
bagian Timur yang menjadi identitas diri khususnya bagi Papua dan Maluku.
Alat musik ini biasanya dimainkan oleh para laki-laki dewasa dengan cara
dipukul menyerupai gendang.
Tifa
yang berasal dari Papua terbuat dari kayu lenggua yang terkenal kuat dan besar.
Kayu lenggua ini merupakan kayu dari khas daerah Papua yang dikenal memiliki
kualitas nomor satu karena kayunya terkenal sangat tebal dan kuat.
Pertama-tama,
kayu lenggua ini dibentuk menyerupai tabung dan memiliki tinggi yang
berbeda-beda sesuai dengan jenis dan daerahnya. Selanjutnya Tifa akan diberikan
lubang pada bagian dalam tabungnya agar menghasilkan suara yang nyaring saat
ditabuh. Pada salah sisi ujung tifa biasanya akan ditutupi dengan kulit hewan
rusa namun di beberapa daerah ada yang menggunakan kuliat biawak ataupun soa-soa
yang sudah dikeringkan terlebih dahulu.
Kemudian
kulit hewan tersebut akan dipanaskan hingga tertarik kencang. Semakin kering
kulit hewan tersebut semakin kuat dan nyaring suara yang dihasilkan. Setelah
itu ditempelkan juga biji damar agar suaranya semakin nyaring dan merdu. Namun
karena bentuknya yang ramping dan tidak terlalu berat, suara tifa ini
terkesan lebih ringan tidak seperti gendang yang suaranya terkesan berat dan
berdengung.
Sejarah
Alat Musik Tifa
Sejarah
tifa ini pun beragam tergantung persepsi tiap daerah masing-masing. Tetapi yang
terkenal bagi masyarakat papua adalah tifa dari daerah Biak. Masyarakat
pedalaman mayoritas tentunya masi erat dengan cerita-cerita mitos yang ada.
Konon di suatu daerah di Biak hidup dua bersaudara laki-laki yang bernama
Fraimun dan Sarenbeyar. Nama mereka pun memiliki arti yang membuat mereka
sangat dekat, Fraimun yang atinya perangkat perang yang gagangnya dapat
membunuh.
Sedangkan
Saren artinya busur sedangkan Beyar adalah tari busur yang bermakna anak panah
yang terpasang pada busur. Kedua Kakak Adik ini pergi dari desanya Maryendi
karena desanya sudah tenggelam. Mereka berpetualang dan menemukan daerah
Wampember yang berada di Biak Utara serta menetap di sana. Ketika mereka sedang
berburu di malam hari, mereka menemukan pohon opsur. Opsur sendiri artinya
adalah pohon atau kayu yang mengeluarkan suara di tengah hutan. Karena sudah
malam, mereka memutuskan untuk pulang ke rumah dan kembali esok hari.
Keesokan
harinya mereka kembali mendatangi pohon tersebut. Pohon itu ditinggali oleh
lebah madu, soa-soa serta biawak dan binatang-binatang kecil lainnya. Mereka
penasaran dengan pohon tersebut dan akhirnya memutuskan untuk menebangnya.
Setelah itu mereka mengeruk dan mengosongkan bagian tengah kayu sehingga
menyerupai pipa dengan peralatan seadanya yaitu memakai nibong.
Nibong
adalah sebuah besi panjang yang ujungnya sangat tajam. Tidak lupa mereka
membakar bagian tengah kayu tersebut agar lebih apik. Saat ingin menutupi salah
satu isinya mereka berniat untuk memakai kulit paha sang Kakak. Setelah
dipertimbangkan, rasanya akan sangat menyakitkan bagi sang Kakak. Akhirnya
setelah berunding, mereka memutuskan untuk memakai kulit soa-soa.
Penangkapan
soa-soa ini pun tidak sembarangan. Mereka memanggil hewan tersebut “Hei, napiri
Bo..” secara terus menerus menggunakan bahasa Biak ini. Akhirnya soa-soa
ini pun mengerti dan seolah-olah mau menyerahkan dirinya. Akhirnya mereka
menguliti soa-soa ini dan dipakai untuk menutupi salah satu sisi kayu yang
berbentuk pipa itu. Hasil yang mereka kerjakan tersebut adalah alat musik
seperti yang kita kenal sekarang sebagai alat musik tifa.
Tifa sebagai Alat Musik
Ritual
Dalam setiap acara-acara ritual adat hanya para
pria dewasa yang diperkenankan untuk memainkan tifa maupun alat musik lainnya
sebagai musik ritual. Perempuan akan sangat dilarang dan hal ini sudah menjadi
amanat warisan turun-temurun. Tentu saja hal ini sangat mereka pegang dan
turuti sebagai cara untuk menghormati leluhur mereka.
Bagi masyarakat pedalaman yang masih kental
dengan ritual-ritual adat seperti ini, hal-hal seperti emansipasi wanita yang
menjunjung kesejajaran antara pria dan wanita tidak akan kita dapatkan di sini.
Bagi mereka, pria merupakan sosok pemimpin yang kuat dan pantas untuk memainkan
musik ritual maupun melaksanakan ritual tersebut yang merupakan budaya dan
warisan turun-temurun dari nenek moyang mereka.
Hal ini berbeda dengan perkembangan zaman yang
ada di kota-kota besar. Musik-musik modern seperti drum, bass, piano, terompet,
gitar, saxophone dan masih banyak lainnya bisa dimainkan oleh siapa saja dimana
saja dan kapan saja sesuai kebutuhan dan keinginan si pecinta musik tersebut.
Namun tidak demikian dengan alat musik tradisional salah satunya adalah tifa.
Alat musik tifa ini tidak bisa dimainkan oleh
semua orang namun harus mengikuti serangkaian prosedur agar mendapatkan izin
dari tetua maupun masyarakat setempat. Kecuali, jika tifa dimainkan sebagai
alat musik untuk mengiringi acara pertunjukan musik. Tifa adalah alat musik
wajib yang digunakan bahkan saat diketahui ada seorang anak dalam kandungan,
lahir, dewasa, maupun meninggal dunia.
Alat Musik Tifa Bagi Papua
Papua ! ya, tifa merupakan salah satu alat
musik yang terkenal dari daerah Papua dan Maluku. Bagi suku-suku bangsa yang
mendiami Maluku khususnya Papua yaitu suku Asmat, musik sudah seperti oksigen
yang mereka butuhkan setiap hari untuk bernapas.
Bukan hanya bagi para suku Asmat, tifa ini juga
sudah seperti identitas bagi suku mereka seperti suku Malin Anim, Biak,
Sentani, Timenabuan dan suku-suku lainnya di Papua. Penamaan tifa ini juga
berbeda di tiap-tiap suku. Bagi suku Malin Anim tifa dikenal dengan nama
kandara, Biak terkenal dengan sirep atau sandio, Sentani disebut dengan Wachu,
di Timenabuan tifa dinamai dengan kalin kla sedangkan di suku asmat
sendiri tifa dikenal dengan eme.
Papua merupakan salah satu daerah yang kental
dengan acara-acara ritual yang akan disandingkan dengan musik ritual sebagai
pendukungnya. Irama yang dimainkan pastinya akan terasa sangat sakral dan akan
menjadi prioritas utama di setiap kegiatan yang mereka gelar. Tifa merupakan
salah satu alat musik yang wajib ada dan perannya akan cukup mendominasi. Hal
ini dikarenakan tifa menentukan ritme dan menghasilkan tabuhan-tabuhan yang
membuat ritual yang ada semakin khusuk.
Alat Musik Tifa bagi Maluku
Tifa merupakan alat musik pukul yang punya
sebutan sama, baik di daerah Papua maupun Maluku. Namun keduanya memiliki
bentuk yang cukup berbeda. Tifa dari Papua memiliki pegangan di sampingnya
dan berbentuk lebih ramping.
Tifa asli Maluku hanya berbentuk tabung biasa
dan tidak memiliki pegangan. Alat musik yang khas ini memiliki ukiran-ukiran
cantik sebagai penghiasnya dan menjadi khas daerah masing-masing. Namun bukan
hanya sekedar hiasan, ukiran ini juga mengandung cerita kehidupan dan ungkapan
syukur dari si pembuat tifa.
Alat musik tifa ini menjadi salah satu alat
musik yang mengiringi upacara-upacara adat, tari-tarian tradisional dan tarian
perang. Contohnya seperti tari Cakalele yang tariannya menggambarkan suasana
peperangan masyarakat Maluku zaman dahulu. Tifa merupakan alat musik wajib
untuk mengiringi tarian tersebut.
Tifa yang memiliki sebutan sama di Papua dan
Maluku justru bukanlah menjadi satu-satunya sebutan untuk alat musik berbentuk
tabung ini di berbagai bagian Maluku. Contohnya pada bagian Maluku tengah, tifa
disebut sebagai tihal atau tahito. Modelnya pun memiliki bentuk yang
berbeda.
Tihal atau tahito ini memiliki bentuk seperti
gendang yang bulat pendek. Pada bagian pinggirnya terdapat anyaman tali rotan
dengan beberapa kayu kecil yang disebut badeng diikat mengelilinginya. Bagian
sisi yang dipukul juga umumnya memakai kulit kambing yang dikeringkan sebagai
alas untuk dipukul. Bagian sisi yang lain akan dibiarkan terbuka saja.
Tihal atau tahito ini biasanya dimainkan dengan
cara dipukul menggunakan tangan, namun bisa juga dimainkan dengan alat seperti
tongkat pemukul. Tongkat ini terbuat dari pelepah pohon kelapa, rotan, dan
gaba-gaba yang berbahan dasar pelepah dahan sagu dengan panjang sekitar 60-100
cm. Untuk tifa yang bersal dari Maluku, khususnya Maluku tenggara, badan tifa
sendiri terbuat dari pohon sukun atau pohon eh. Baik bentuk dan ukurannya pun
dibuat beragam. Sedangkan di pulau Aru, tifa ini biasanya dikenal dengan nama
Titir.
Tifa Totobuang dan
Jenis-Jenis Tifa
Konon sebelum mengalami sentuhan modernisasi,
tifa merupakan satu-satunya alat yang digunakan untuk pengantar perang. Sampai
sekarang hal ini masi dibudidayakan dengan ilustrasi berupa tarian perang
dengan diiringi tifa. Begitu banyaknya pengaruh modernisasi untuk membuat
segala sesuatunya agar terlihat menarik.
Tetapi ada satu jenis musik yang sampai
sekarang masih sangat asli dan tidak tercemar pengaruh dari luar yaitu Tifa
Totobuang. Musik ini banyak terdapat di daerah yang mayoritasnya beragama
kristen. Namun tifa totobuang ini juga dipakai untuk disandingkan dengan musik
sawat yang dimainkan oleh daerah yang mayoritasnya adalah muslim
Permainan musik totobuang ini tetap didominasi
oleh beberapa jenis tifa yang masing-masing memiliki fungsi masing-masing. Tifa
jekir, tifa dasar, tifa potong, tifa jekir potong dan tifa bass serta beberapa
alat musik lain seperti gong-gong kecil yang ditaruh di atas meja inilah yang
saling melengkapi.
Jenis-jenis tifa diatas sama-sama dimainkan
dengan cara dipukul namun warna suara yang dihasilkan saat dimainkan yang
menjadi pembedanya. Sehingga jika jenis-jenis tifa ini dimainkan secara
bersamaan, ritmenya harus disesuaikan. Warna suaranya yang berbeda akan
menghasilkan satu nada suara menghentak-hentak yang khas dan enak didengar.
Setiap tabuhan diharapkan akan menggambarkan keindahan musik budaya tanah air
kita, Indonesia.
Berkat banyaknya pecinta seni yang masih peduli
akan warisan budaya kita, di era modern sekarang ini kita masih bisa melihat
kekayaan bangsa kita. Melalui pertunjukan-pertunjukn seni yang ada diharapkan
kita dapat mulai menghargai budaya dalam negeri.
Sekian pembahasan kita kali ini mengenai alat
musik tifa yang merupakan salah satu alat musik tradisional yang bangsa kita
miliki. Semoga artikel ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan setiap
kita maupun generasi penerus bangsa sehingga mempunyai semangat untuk semakin
terus melestarikan budaya dan mengharumkan negeri kita sampai ke manca negara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar