Yulia Trifena Simatupang
NIM: 2173142038
Penelitian mengenai “Pelestarian Angklung Sebagai Warisan Budaya Takbenda
Dalam Pariwisata Berkelanjutan Di Saung Angklung Udjo, Bandung” dilaksanakan antara
bulan Mei dan Agustus 2013. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk memahami uapaya
pelestarian angklung yang dilakukan oleh objek wisata Saung Angklung Udjo. Secara khusus
tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui implementasi pariwisata berkelanjutan
terhadap Saung Angklung Udjo; (2) untuk mengetahui implementasi perhitungan daya
dukung fisik di Saung Angklung Udjo; (3) untuk mengetahui upaya pelestarian angklung
sebagai warisan budaya takbenda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Saung Angklung Udjo menerapkan
langkah-langkah konstruktif untuk instalasi baru dan sarana fasilitas pemantauan dalam
pelayanan untuk melestarikan dan mempromosikan tempat wisata. Dengan menghubungkan
pelestarian warisan budaya, peningkatan dan optimalisasi infrastruktur yang ada dilakukan
oleh aktor profesional lokal; (2) untuk memajukan ekonomi dalam jangka panjang dan
meningkatkan kesejahteraan generasi sekarang tanpa mengurangi kemampuan alam,
masyarakat dan ekonomi untuk menaikan kesejahteraan generasi masa depan; (3) Identitas
budaya sebagai pusaka budaya yang dapat dikembangkan menjadi modal ekonomi dan
sebagai aset agar dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam pembangunan untuk
mensejahterakan masyarakat dengan tetap menjaga nilai- nilai budaya dan kearifan lokal
sebagai cirikhasnya.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Saat ini dunia sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat dibandingkan
dengan tahun- tahun yang lalu. Perkembangan yang terjadi pada dunia terdapat dalam
berbagai bidang. Penemuan- penemuan yang kemudian menjadi suatu hal yang luar biasa
juga mulai banyak mendapat perhatian. Segala perkembangan yang terjadi di dunia juga
merupakan akibat dari tuntutan masyarakatnya yang semakin maju dan cenderung menuntut
hal- hal baru. Dari sekian banyak perkembangan dunia yang pesat ini salah satunya yang
dapat dengan mudah dilihat adalah perkembangan industri pariwisata.
Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang sedang pesat di Indonesia.
Pariwisata sebagai penghasil devisa negara di samping sektor migas mempunyai peran yang
sangat penting dalam pembangunan Indonesia. Pariwisata menyimpan potensi yang sangat
besar sebagai sumber devisa. Perkembangan pariwisata ini dianggap sangat penting karena
dapat memandu manusia dalam menjalani kehidupannya. Bahkan dapat dikatakan bahwa
manusia sudah menjadi bagian dari industri pariwisata yang berkembang saat ini.
UNESCO sebagai lembaga perlindungan warisan budaya sanget berperan penting
dalam memperkokoh kebudayaan di seluruh dunia. Salah satunya salah satu kebudayaan
sunda yang sudah disahkan oleh UNESCO yaitu Angklung. Sebagai warisan budaya,
Angklung memiliki daya tarik bagi wisatawan. Berasal dari kebudayaan sunda, Angklung
mempunyai sejarah penting di sekitar masyarakatnya. Pada tahun 2010, UNESCO
menetapkan Angklung sebagai salah satu warisan budaya takbenda. Didirikan oleh Udjo
Ngalagena pada tahun 1966, Saung Angklung Udjo pada awalnya adalah pusat
pengembangan alat musik dan menjadi pusat pertunjukan angklung. Seiring dengan
berjalannya waktu, tempat ini menjadi salah satu tempat pariwisata yang sangat digemari
oleh wisatawan domestik maupun mancanegara karena memiliki keunikan budaya dan daya
tarik bagi wisatawan. Masyarakat lokal ternyata mampu mengembangkan objek pariwisata
ini menjadi pariwisata berbasis masyarakat. Peran serta masyarakat lokal dalam
mengembangkan pariwisata di Bandung juga harus memperhatikan pariwisata budayanya.
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil teknik daya dukung (carrying capacity)
sebagai teknik perencanaan dan pengelolaan destinasi wisata karena teknik ini yang cukup
populer dalam perencanaan dan pembangunan pariwisata berkelanjutan. Penulis tertarik
dengan melakukan penelitian mengenai pariwisata berkelanjutan di Saung Angklung Udjo
terhadap pelestarian warisan budaya takbenda Angklung setelah pengesahan alat musik
angklung sebagai warisan budaya dunia UNESCO dengan melakukan analisis daya dukung
terhadap Saung Angklung Udjo.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan dari pendahuluan tersebut, maka permasalahan yang dirumuskan adalah sebagai
berikut.
1. Apakah masyarakat Saung Angklung Udjo dapat menyesuaikan dengan
perkembangan pariwisata budaya angklung?
2. Apakah dampak perkembangan pariwisata budaya angklung terhadap aspek ekonomi,
sosial dan budaya masyarakat di sekitar Saung Angklung Udjo?
3. Bagaimana upaya pelestarian warisan budaya takbenda di Saung Angklung Udjo?
1.3Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini dapat digolongkan menjadi tujuan umum dan tujuan khusus, yaitu:
1. Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk melihat aspek yang ditimbulkan dengn aproses
dan masalah pembangunan fisik di Saung Angklung Udjo untuk menjaga dan melestarikan
Angklung sebagai warisan budaya takbenda.
2.Tujuan Khusus
Dari rumusan masalah tersebut, maka tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Menganalisis strategi yang diterapkan oleh masyarakat lokal dalam pengelolaan
pariwisata pembangunan Saung Angklung Udjo
b. Mengidentifikasi masalah dan ancaman warisan budaya takbenda dalam konteks
pengembangan pariwisata
c. Mengukur perhitungan daya dukung dan mengidentifikasi perubahan yang toleransi
terhadap berbagai kegiatan wisata.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian yang dilakukan sebagai berikut.
1. Manfaat Akademis
Untuk memberikan informasi tentang seberapa tepatnya ambang batas, limit atau level pada
destinasi wisata Saung Angklung Mang Udjo dalam suatu pendekatan perencanaan
pembangunan pariwisata dapat dikatakan ‘berkelanjutan’.
2. Manfaat Praktis
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumbangan informasi positif dalam hal
dampak yang ditimbulkan oleh pariwisata terhadap keberlanjutan destinasi pariwisata Saung
Angklung Udjo di Kota Bandung.
BAB II
ANGKLUNG SEBAGAI WARISAN BUDAYA TAKBENDA, ISU UTAMA
TENTANG PERLINDUNGAN, PELESTARIAN DAN BERKELANJUTAN
DALAM OBJEK WISATA SAUNG ANGKLUNG UDJO DI BANDUNG
Saung Angklung Sebagai Pusat Kebudayaan Angklung Sunda di Bandung
Terletak di Jalan Padasuka, wilayah Bandung Timur, Saung Angklung Udjo
merupakan tempat sempurna untuk menikmati suasana alam dengan kesegaran udara dan
keindahan alami dari hasil kerajinan bambu dan suara musik dari instrumen bambu. Berawal
dari sebuah rumah tinggal sederhana dengan pekarangan sempit yang digunakan sebagai
tempat pertunjukan. Sedikit demi sedikit penghasilan Udjo Ngalagena sebagai guru dan usaha
pembuatan alat musik angklung, calung dan arumba beliau membangun salah satu objek
wisata yang penting di Jawa Barat. Saung yang berarti rumah kecil, pondok, dangau/gubuk
semenrtara di sawah, sebagai tempat berteduh untuk menjaga tanaman. Secara umum Saung
Angklung Udjo adalah sanggar tempat angklung milik pribadi. Dirintis oleh Bapak Udjo
Ngalagena (1929- 2001) pada tahun 1958, saung ini bertujuan untuk melestarikan kesenian
khas daerah Jawa Barat dengan mengandalkan semangat gotong royong sesama warga desa
yang betujuan melestarikan alam dan lingkungan.
Atas bantuan dan dorongan dari sang guru, Daeng Soetigna (1908-1984) seorang
tokoh angklung yang menemunkan angklung diatonis dan bantuan dari Pemerintah Daerah
dan Pemerintah Pusat, Saung Angklung Udjo resmi didirikan pada Januari 1967. Saung
Angklung Udjo adalah sanggar seni yang merupakan tempat pelatihan pelatih dan pemain
sentra produksi alay- alat musik yang terbuat dari bambu dan tempat pertunjukan kesenian
khas Jawa Barat.
Saung Angklung Udjo merupakan tempat pertunjukan terpadu yang terdiri dari tempat
pertunjukan, pusat kerajinan bambu dan alat instrumen bambu. Hal tersebutlah yang
menjadikan Saung Angklung Udjo sebagai pusat pendidikan dan penelitian angklung -seni
dan kebudayaan sunda. Saung Angklung Udjo berdiri pada tahun 1966 oleh Udjo Ngalagena
beserta istrinya tercinta, Uum Sumiati. Dengan keinginan dan dedikasi yang kuat untuk
melestarikan dan mengembangkan seni dan budaya tradisional sunda. Saung Angklung Udjo
merepresentasikan alam dan budaya dalam keharmonisan, maka tidak heran Saung Angklung
Udjo menjadi tujuan destinasi wisata kebudayaan sunda sebagai warisan cagar budaya dunia.
Usaha Udjo Ngalagena memperkenalkan dan mempromosikan angklung sebagai warisan
cagar budaya dunia disahkan oleh UNESCO pada bulan November 2010
Sejarah Angklung
Sejak kapan angklung muncul masih belum bisa diketahui secara pasti. Namun, ada
angklung tertua yang usianya sudah mencapai 400 tahun. Angklung tersebut merupakan
Angklung Gubrag yang dibuat di Jasinga, Bogor, Jawa Barat. Di Serang, angklung jenis ini
dianggap sebagai alat musik sakral yang digunakan saat mengiringi mantera pengobatan
orang sakit atau menolak wabah penyakit. Namun pada awalnya, Angklung dimainkan untuk
memanggil Dewi Sri turun ke bumi untuk memberikan kesuburan dan kemakmuran pada
tanah pasundan.
Pada masa penjajahan Belanda, angklung menjadi alat musik yang membangkitkan
semangat nasionalisme penduduk pribumi. Karena itu, pemerintah Belanda melarang
permainan angklung, kecuali jika dimainkan oleh anak- anak dan pengemis karena dianggap
tidak memberikan pengaruh apa pun.Setelah mengalami pasang surut, Daeng Soetigna
berhasil menaikkan derajat alat musik angklung. Bahkan, angklung diakui oleh seorang
musikus besar asal Australia Igor Hmel Nitsky pada 1955. Angklung dengan suara diatonis
yang diciptakan oleh Daeng membuat angklung turut diakui pemerintah sebagai alat
pendidikan musik.
Definisi dan Karakteristik Angklung
Angklung adalah alat musik yang terbuat dari dua tabung bambu yang dikaitkan pada
rangk. Tabung ini berbeda satu sama lainnya. satu kecil dan yang lain lebih besar. Kedua
tabung ini akan menghasilkan bunyi dengan menggoyangkan rangakanya sehingga badan
tabung beradu dengan rangakanya. Terdapat beberapa nada/laras yang bisa dihasilkan dari
alat musik angklung yaitu Pelog, Salendro, Pentatonis dan Diatonis. Laras ini dibentuk pada
saat pembuatan tabungnya, penyeteman atau penyesuaian nadalah yang menentukan nada
tiap angklung. Penggunaan alat musik ini pada awalnya adalah digunakan untuk upacara
yang berhubungan dengan padi dengan tujuan menghormati Dewi Padi pemberi kehidupan
(hirup-hurip), yaitu mulai dari menanam padi di huma (ladang), ngubaran pare (mengobati
padi) sekitar tiga bulan dari sejak ditanamnya padi (Baduy/Kanekes), setelah panen seluruh
masyarakat mengadakan acara Serah Taun di pusat kampung. Sesuai dengan perkembangan
kesenian angklung digunakan untuk hiburan dan penyebaran agama islam.
Masyarakat Lokal Memiliki Peran Penting Dalam Pelestarian Warisan Budaya Lokal
Sesuai dengan konsep pariwisata berbasis masyarakat, masyarakat lokal di Saung
Angklung Udjo melibatkan diri mereka sendiri sebagai pelaku penting dalam pelestarian
warisan budaya yang dimiliki oleh mereka. Masyarakat lokal sunda memainkan peranan
penting dan utama dalam pengambilan keputusan mempengaruhi dan memberi manfaat
terhadap kehidupan dan lingkungan mereka. Dalam konsep pariwisata berbasis masyarakat
terkandung didalamnya adalah konsep pemberdayaan masyarakat, upaya pemberdayaan
masyarakat pada hakikatnya selalu dihubungkan dengan karakteristik sasaran sebagai suatu
komunitas yang mempunyai ciri, latar belakang, dan pemberdayaan masyarakat. Namun yang
terpenting adalah dimulai dengan bagaimana cara menciptakan kondisi suasana, atau iklim
yang memungkinkann potensi masyarakat untuk berkembang. Tantangan mewujudkan
pariwisata berkelanjutan berbasis masyarakat adalah memerlukan pemberdayaan masyarakat
yang sungguh- sungguh dilakukan oleh, dari dan untuk masyarakat secara partisipatif muncul
sebagai alternatif terhadap pendekatan pembangunan yang serba sentralistik. Munculnya
proses partisipasi dalam rangka pemberdayaan masyarakat mendasarkan atas dua persepektif,
Pertama; pelibatan masyarakat setempat dalam pemilihan, perancangan, perencanaan,
dan pelaksanaan, Kedua; partisipasi tranformasional sebagai tujuan mengubah kondisi lemah
dan marjinal menjadi berdaya dan mandiri.
Warisan Budaya Rentan Terhadap Penurunan Nilai Budaya
Risiko dalam mengambil langkah-langkah untuk menjaga warisan ini dalah untuk
memperbaiki dan menentukan cara-cara pelestarian yang digunakan pada media fisik. Hal ini
merupakan suatu pertahanan jika warisan budaya tersebut mengalami penurunan nilai-nilai
budaya. Dengan melakukan sebuah pendekatan komprehensif, maka warisan budaya perlu
dijaga dengan baik melalui kesadaran dan pemberdayaan masyarakat dalam kaitannya dengan
pelestarian warisan budaya takbenda. Hal ini sangat diperlukan untuk menghindari hilangnya
rasa bangga terhadap wrisan budaya mereka sendiri. Tradisi, ritual, dan gaya hidup dapat
mempengaruhi hilangnya makna dan pemiskinan nilai warisan budaya.
BABVI
PENUTUP
Kesimpulan
Di akhir penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Saung Angklung Udjo telah secara
bertahap berkembang menjadi tujuan budaya utama di Jawa Barat. Sejak tahun 1966, Udjo
Ngalagena, pendiri Saung Angklung Udjo, dengan semangat yang besar telah membentuk
pusat seni angklung sebagai laboratorium, pusat budaya dan pendidikan serta budaya khas
Sunda lain sebagai objek wisata budaya Jawa Barat yang didukung oleh masyarakat lokal.
Saung Angklung Udjo juga didedikasikan untuk konservasi dan pelestarian lingkungan alam.
Saung Angklung Udjo direstrukturisasi secara bertahap untuk meningkatkan kualitas
dari warisan budaya ini. Untuk menjaga dan melestarikan budaya angklung, Saung Angklung
Udjo telah berhasil mempertahankan eksistensinya antara masyarakat, dunia, dan
pemeliharaan abadi lingkungan. Saung Angklung Udjo menerapkan langkah- langkah
konstruktif untuk instalasi baru dan sarana fasilitas pemantauan dalam pelayanan untuk
melestarikan dan mempromosikan tempat wisata. Dengan menghubungkan pelestarian
warisan budaya, peningkatan dan optimalisasi infrastruktur yang ada dilakukan olehaktor
profesional lokal.
Masyarakat lokal yang berkontribusi untuk menyumbang hasil karya seperti membuat
kerajinan serta memiliki kesempatan untuk belajar, untuk memperoleh pengetahuan dan
pengalaman merupakan dampak dari aspek ekonomi sosial budaya di Saung Angklung Udjo.
Melalui pengembangan pariwisata, pengembangan budaya masyarakat juga merupakan
identitas masyarakat dari masing- masing kelompok etnis yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
ARDIKA, I Wayan. Pusaka Budaya & Pariwisata (Le Patrimoine et Le Tourisme).
Pustaka Larasan, Denpasar 2007
CHAMBERLAIN, K. Carrying Capacity in UNEP Industry and environment, n 08 January-
June. Paris 1997
SITUS INTERNET
http://www.ladocumentationfrancaise.fr/dossiers/d000075-le- developpement-durable- en-
france-de- la-strategie- nationale-au- grenelle-de/qu- est-ce- que-le- developpement-durable,
http://www.angklung-udjo.co.id/about/history/
http://www.dgcis.gouv.fr/etudes-et- statistiques/statistiques-tourisme/donnees- cles/chiffres-
cles
http://www.angklung-udjo.co.id/angklung/definition/
http://www.angklung-udjo.co.id/angklung/character/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar