DEBORA KRISTIN SIMBOLON
NIM :
2173142007
Negara Indonesia terkenal dengan beragam
suku daerah yang didalamnya terdapat segudang adat istiadat, dan seni budaya
yang berbeda. Salah satu kekayaan bangsa yang akan kita bahas kali ini adalah
kekayaan negeri kita dibidang alat musik yang bersal dari Indonesia bagian
timur yaitu tifa. Alat musik tifa ini cukup unik, menarik dan merupakan ciri
khas dari bagian negara kita yang pastinya tidak akan kita temui di negara
manapun.
Pengertian Alat Musik Tifa
Tifa adalah salah satu kekayaan alat
musik tradisional yang berasal dari Indonesia bagian Timur yang menjadi
identitas diri khususnya bagi Papua dan Maluku. Alat musik ini biasanya
dimainkan oleh para laki-laki dewasa dengan cara dipukul menyerupai gendang.
Tifa yang berasal dari Papua terbuat
dari kayu lenggua yang terkenal kuat dan besar. Kayu lenggua ini merupakan kayu
dari khas daerah Papua yang dikenal memiliki kualitas nomor satu karena kayunya
terkenal sangat tebal dan kuat.
Pertama-tama, kayu lenggua ini dibentuk
menyerupai tabung dan memiliki tinggi yang berbeda-beda sesuai dengan jenis dan
daerahnya. Selanjutnya Tifa akan diberikan lubang pada bagian dalam tabungnya
agar menghasilkan suara yang nyaring saat ditabuh. Pada salah sisi ujung tifa
biasanya akan ditutupi dengan kulit hewan rusa namun di beberapa daerah ada
yang menggunakan kuliat biawak ataupun soa-soa yang sudah dikeringkan terlebih
dahulu.
Kemudian kulit hewan tersebut akan
dipanaskan hingga tertarik kencang. Semakin kering kulit hewan tersebut semakin
kuat dan nyaring suara yang dihasilkan. Setelah itu ditempelkan juga biji damar
agar suaranya semakin nyaring dan merdu. Namun karena bentuknya yang ramping
dan tidak terlalu berat, suara tifa ini
terkesan lebih ringan tidak seperti gendang yang suaranya terkesan berat dan
berdengung.
Sejarah tifa ini pun beragam tergantung
persepsi tiap daerah masing-masing. Tetapi yang terkenal bagi masyarakat papua
adalah tifa dari daerah Biak. Masyarakat pedalaman mayoritas tentunya masi erat
dengan cerita-cerita mitos yang ada. Konon di suatu daerah di Biak hidup dua
bersaudara laki-laki yang bernama Fraimun dan Sarenbeyar. Nama mereka pun
memiliki arti yang membuat mereka sangat dekat, Fraimun yang atinya perangkat
perang yang gagangnya dapat membunuh.
Sedangkan Saren artinya busur sedangkan
Beyar adalah tari busur yang bermakna anak panah yang terpasang pada busur.
Kedua Kakak Adik ini pergi dari desanya Maryendi karena desanya sudah
tenggelam. Mereka berpetualang dan menemukan daerah Wampember yang berada di
Biak Utara serta menetap di sana. Ketika mereka sedang berburu di malam hari,
mereka menemukan pohon opsur. Opsur sendiri artinya adalah pohon atau kayu yang
mengeluarkan suara di tengah hutan. Karena sudah malam, mereka memutuskan untuk
pulang ke rumah dan kembali esok hari.
Keesokan harinya mereka kembali
mendatangi pohon tersebut. Pohon itu ditinggali oleh lebah madu, soa-soa serta
biawak dan binatang-binatang kecil lainnya. Mereka penasaran dengan pohon
tersebut dan akhirnya memutuskan untuk menebangnya. Setelah itu mereka mengeruk
dan mengosongkan bagian tengah kayu sehingga menyerupai pipa dengan peralatan
seadanya yaitu memakai nibong.
Nibong adalah sebuah besi panjang yang
ujungnya sangat tajam. Tidak lupa mereka membakar bagian tengah kayu tersebut
agar lebih apik. Saat ingin menutupi salah satu isinya mereka berniat untuk
memakai kulit paha sang Kakak. Setelah dipertimbangkan, rasanya akan sangat
menyakitkan bagi sang Kakak. Akhirnya setelah berunding, mereka memutuskan
untuk memakai kulit soa-soa.
Penangkapan soa-soa ini pun tidak
sembarangan. Mereka memanggil hewan tersebut “Hei, napiri Bo..” secara terus
menerus menggunakan bahasa Biak ini. Akhirnya soa-soa ini pun mengerti dan
seolah-olah mau menyerahkan dirinya. Akhirnya mereka menguliti soa-soa ini dan
dipakai untuk menutupi salah satu sisi kayu yang berbentuk pipa itu. Hasil yang
mereka kerjakan tersebut adalah alat musik seperti yang kita kenal sekarang
sebagai alat musik tifa.
Tifa
sebagai Alat Musik Ritual
Dalam setiap acara-acara ritual adat
hanya para pria dewasa yang diperkenankan untuk memainkan tifa maupun alat
musik lainnya sebagai musik ritual. Perempuan akan sangat dilarang dan hal ini
sudah menjadi amanat warisan turun-temurun. Tentu saja hal ini sangat mereka
pegang dan turuti sebagai cara untuk menghormati leluhur mereka.
Bagi masyarakat pedalaman yang masih
kental dengan ritual-ritual adat seperti ini, hal-hal seperti emansipasi wanita
yang menjunjung kesejajaran antara pria dan wanita tidak akan kita dapatkan di
sini. Bagi mereka, pria merupakan sosok pemimpin yang kuat dan pantas untuk
memainkan musik ritual maupun melaksanakan ritual tersebut yang merupakan
budaya dan warisan turun-temurun dari nenek moyang mereka.
Hal ini berbeda dengan perkembangan
zaman yang ada di kota-kota besar. Musik-musik modern seperti drum, bass,
piano, terompet, gitar, saxophone dan masih banyak lainnya bisa dimainkan oleh
siapa saja dimana saja dan kapan saja sesuai kebutuhan dan keinginan si pecinta
musik tersebut. Namun tidak demikian dengan alat musik tradisional salah
satunya adalah tifa.
Alat musik tifa ini tidak bisa dimainkan
oleh semua orang namun harus mengikuti serangkaian prosedur agar mendapatkan
izin dari tetua maupun masyarakat setempat. Kecuali, jika tifa dimainkan
sebagai alat musik untuk mengiringi acara pertunjukan musik. Tifa adalah alat
musik wajib yang digunakan bahkan saat diketahui ada seorang anak dalam
kandungan, lahir, dewasa, maupun meninggal dunia.
Alat
Musik Tifa Bagi Papua
Papua ! ya, tifa merupakan salah satu
alat musik yang terkenal dari daerah Papua dan Maluku. Bagi suku-suku bangsa
yang mendiami Maluku khususnya Papua yaitu suku Asmat, musik sudah seperti
oksigen yang mereka butuhkan setiap hari untuk bernapas.
Bukan hanya bagi para suku Asmat, tifa
ini juga sudah seperti identitas bagi suku mereka seperti suku Malin Anim,
Biak, Sentani, Timenabuan dan suku-suku lainnya di Papua. Penamaan tifa ini
juga berbeda di tiap-tiap suku. Bagi suku Malin Anim tifa dikenal dengan nama
kandara, Biak terkenal dengan sirep atau sandio, Sentani disebut dengan Wachu,
di Timenabuan tifa dinamai eme.gan kalin kla sedangkan di suku asmat sendiri tifa
dikenal dengan eme.
Papua merupakan salah satu daerah yang
kental dengan acara-acara ritual yang akan disandingkan dengan musik ritual
sebagai pendukungnya. Irama yang dimainkan pastinya akan terasa sangat sakral
dan akan menjadi prioritas utama di setiap kegiatan yang mereka gelar. Tifa
merupakan salah satu alat musik yang wajib ada dan perannya akan cukup
mendominasi. Hal ini dikarenakan tifa menentukan ritme dan menghasilkan
tabuhan-tabuhan yang membuat ritual yang ada semakin khusuk.
Alat
Musik Tifa bagi Maluku
Tifa merupakan alat musik pukul yang
punya sebutan sama, baik di daerah Papua maupun Maluku. Namun keduanya memiliki
bentuk yang cukup berbeda. Tifa dari Papua memiliki pegangan di sampingnya dan
berbentuk lebih ramping.
Tifa asli Maluku hanya berbentuk tabung
biasa dan tidak memiliki pegangan. Alat musik yang khas ini memiliki
ukiran-ukiran cantik sebagai penghiasnya dan menjadi khas daerah masing-masing.
Namun bukan hanya sekedar hiasan, ukiran ini juga mengandung cerita kehidupan
dan ungkapan syukur dari si pembuat tifa.
Alat musik tifa ini menjadi salah satu
alat musik yang mengiringi upacara-upacara adat, tari-tarian tradisional dan
tarian perang. Contohnya seperti tari Cakalele yang tariannya menggambarkan
suasana peperangan masyarakat Maluku zaman dahulu. Tifa merupakan alat musik
wajib untuk mengiringi tarian tersebut.
Tifa yang memiliki sebutan sama di Papua
dan Maluku justru bukanlah menjadi satu-satunya sebutan untuk alat musik
berbentuk tabung ini di berbagai bagian Maluku. Contohnya pada bagian Maluku
tengah, tifa disebut sebagai tihal atau tahito. Modelnya pun memiliki bentuk
yang berbeda.
Tihal atau tahito ini memiliki bentuk
seperti gendang yang bulat pendek. Pada bagian pinggirnya terdapat anyaman tali
rotan dengan beberapa kayu kecil yang disebut badeng diikat mengelilinginya.
Bagian sisi yang dipukul juga umumnya memakai kulit kambing yang dikeringkan
sebagai alas untuk dipukul. Bagian sisi yang lain akan dibiarkan terbuka saja.
Tihal atau tahito ini biasanya dimainkan
dengan cara dipukul menggunakan tangan, namun bisa juga dimainkan dengan alat
seperti tongkat pemukul. Tongkat ini terbuat dari pelepah pohon kelapa, rotan,
dan gaba-gaba yang berbahan dasar pelepah dahan sagu dengan panjang sekitar
60-100 cm. Untuk tifa yang bersal dari Maluku, khususnya Maluku tenggara, badan
tifa sendiri terbuat dari pohon sukun atau pohon eh. Baik bentuk dan ukurannya
pun dibuat beragam. Sedangkan di pulau Aru, tifa ini biasanya dikenal dengan
nama Titir.
Jenis Tifa
Konon sebelum mengalami sentuhan
modernisasi, tifa merupakan satu-satunya alat yang digunakan untuk pengantar
perang. Sampai sekarang hal ini masi dibudidayakan dengan ilustrasi berupa
tarian perang dengan diiringi tifa. Begitu banyaknya pengaruh modernisasi untuk
membuat segala sesuatunya agar terlihat menarik.
Tetapi ada satu jenis musik yang sampai
sekarang masih sangat asli dan tidak tercemar pengaruh dari luar yaitu Tifa
Totobuang. Musik ini banyak terdapat di daerah yang mayoritasnya beragama
kristen. Namun tifa totobuang ini juga dipakai untuk disandingkan dengan musik
sawat yang dimainkan oleh daerah yang mayoritasnya adalah muslim.
Permainan musik totobuang ini tetap
didominasi oleh beberapa jenis tifa yang masing-masing memiliki fungsi
masing-masing. Tifa jekir, tifa dasar, tifa potong, tifa jekir potong dan tifa
bass serta beberapa alat musik lain seperti gong-gong kecil yang ditaruh di
atas meja inilah yang saling melengkapi.
Jenis-jenis tifa diatas sama-sama
dimainkan dengan cara dipukul namun warna suara yang dihasilkan saat dimainkan
yang menjadi pembedanya. Sehingga jika jenis-jenis tifa ini dimainkan secara
bersamaan, ritmenya harus disesuaikan. Warna suaranya yang berbeda akan
menghasilkan satu nada suara menghentak-hentak yang khas dan enak didengar.
Setiap tabuhan diharapkan akan menggambarkan keindahan musik budaya tanah air
kita, Indonesia.
Berkat banyaknya pecinta seni yang masih
peduli akan warisan budaya kita, di era modern sekarang ini kita masih bisa
melihat kekayaan bangsa kita. Melalui pertunjukan-pertunjukn seni yang ada
diharapkan kita dapat mulai menghargai budaya dalam negeri.
Sekian pembahasan kita kali ini mengenai
alat musik tifa yang merupakan salah satu alat musik tradisional yang bangsa
kita miliki. Semoga artikel ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan setiap
kita maupun generasi penerus bangsa sehingga mempunyai semangat untuk semakin
terus melestarikan budaya dan mengharumkan negeri kita sampai ke manca negara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar