SURYA REZEKI
2173142036
Sasando adalah sebuah alat
instrumen petik musik. Bentuk sasando mirip dengan instrumen petik lainnya
seperti gitar, biola, dan kecapi. Tetapi keunikannya adalah bagian utama
sasando berbentuk tabung panjang seperti harpa yang biasanya terbuat dari
bambu. Sasando mempunyai media pemantul suara yang terbuat dari daun pohon
gebang (sejenis pohon lontar yang banyak tumbuh di Pulau Timor dan Pulau Rote)
yang dilekuk menjadi setengah melingkar.
Salah satu faktor yang
memengaruhi lahirnya kebudayaan suatu daerah adalah struktur dan kondisi alam
dari daerah itu. Hal ini juga terjadi pada kebudayaan orang Rote, tempat asal
alat musik sasando. Keberadaan tanaman lontar di Pulau Rote cukup memberi arti
bagi NTT karena dari pohon itu, ide membuat sasando muncul. Pohon lontar
menjadi peletak dasar kebudayaan masyarakat.
Masyarakat Rote tidak
hanya memanfaatkan tanaman ini sebagai sumber kehidupan, yaitu sebagai
penghasil tuak, sopi (minuman tradisional), gula lempeng, gula air, gula semut,
tikar, haik, sandal, topi atap rumah maupun bahan bangunan, tetapi lebih dari
itu, masyarakat sudah menganggap tanaman ini memiliki nilai lebih karena sudah
menginspirasi lahirnya alat musik sasando. Sampai sekarang daun pohon lontar
ini masih tetap dipertahankan sebagai resonator alat musik ini.
Yusak Meok, salah satu
pemateri pada seminar Musik Sasando di Hotel Kristal, beberapa waktu lalu
mengatakan, Sasando yang seharusnya bernama sasandu (bunyi yang dihasilkan dari
getar), lahir dari inspirasi penemunya dari hasil interaksi dengan alam.
Artikel alat musik tradisional sasando
Menurut Meok, ada berbagai
versi mengenai sejarah tentang alat musik ini, diantaranya konon ada seorang
pemuda bernama Sangguana pada tahun 1650-an terdampar di Pulau Ndana. Sangguana
memiliki bakat seni, sehingga penduduk membawanya ke istana, kemudian putri
istana terpikat dan meminta Sangguana menciptakan alat musik. Sangguana pun
bermimpi pada suatu malam sedang memainkan alat musik yang diciptakannya,
kemudian diberi nama sandu (bergetar).
Karena alat musik yang
telah dipasang dalam haik itu beresonansi, maka disebut sandu atau sanu yang
mempunyai arti bergetar atau getaran. Alat ini kemudian disebut sebagai sasandu
yang berasal dari kata ulang sandu-sandu atau bergetar berulang- ulang. Dengan
perkembangan yang terjadi, maka sasandu ini lebih dilafalkan menjadi sasando,
sehingga terbawa sampai saat ini. Namun, ucapan ini tidak mengubah bentuk dan
suara dari alat musik ini.
Petrus Riki Tukan,
pemateri lainnya, mengatakan, alat musik sasando merupakan sebuah fenomena
budaya pada umumnya dan kesenian (musik) khususnya yang cukup menggoda naluri
seniman. Kiranya dengan perhatian SBY terhadap alat musik ini dapat mendorong
semangat anak Flobamora untuk melestarikan, mengembangkan dan melindungi alat
musik ini sebagai kebanggaan daerah NTT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar